Jakarta- Gunung Tangkuban Parahu, yang terletak di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Subang, Jawa Barat, menunjukkan peningkatan aktivitas INITOGEL kegempaan. Badan Geologi telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat dan wisatawan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi erupsi freatik. Peningkatan ini terjadi seiring dengan curah hujan tinggi yang dapat memicu kontak antara air dengan magma atau material panas di dalam gunung.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menyampaikan bahwa berdasarkan pantauan dari tanggal 30 Mei hingga 2 Juni 2025, terjadi peningkatan aktivitas kegempaan di Tangkuban Parahu. Aktivitas vulkanik didominasi oleh gempa-gempa berfrekuensi rendah, mengindikasikan adanya pergerakan fluida di kedalaman dangkal atau dekat permukaan. Data rekaman kegempaan menunjukkan peningkatan gempa hembusan dan gempa low frequency.
Peningkatan aktivitas gempa ini menjadi perhatian serius mengingat potensi bahaya yang dapat ditimbulkan. Erupsi freatik, yang dapat terjadi tanpa didahului oleh peningkatan gejala vulkanik yang jelas, menjadi ancaman utama. Masyarakat diimbau untuk tidak turun ke dasar Kawah Ratu dan Kawah Upas, serta tidak berlama-lama di kawasan kawah aktif.
Peningkatan Aktivitas Kegempaan di Tangkuban Parahu
Menurut laporan Petugas Pos Pantau Gunung Tangkuban Parahu, Adzan Anugrah Indiarsyah, pada tanggal 2 Mei 2025, tercatat 13 kali gempa Hembusan dengan amplitudo 1.5-10 mm dan lama gempa 30-50 detik. Selain itu, terjadi 134 kali gempa Low Frequency dengan amplitudo 1.5-12 mm dan lama gempa 10-29 detik, serta 3 kali gempa Vulkanik Dangkal dengan amplitudo 1.5-2 mm dan lama gempa 6-8 detik.
Data dari tanggal 30 Mei hingga 2 Juni 2025 menunjukkan adanya peningkatan aktivitas gempa hembusan antara 21 hingga 37 kejadian. Gempa low frequency mencapai 134 kejadian. Kondisi ini mengindikasikan adanya aktivitas pergerakan fluida di kedalaman dangkal atau dekat permukaan gunung.
Hasil pemantauan deformasi melalui metode Electronic Distance Measurement (EDM) dan Global Navigation Satellite System (GNSS) juga menunjukkan pola inflasi. Ini menandakan terjadinya peningkatan tekanan pada tubuh gunung. Peningkatan tekanan ini menjadi salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya erupsi freatik.
Potensi Erupsi Freatik Akibat Curah Hujan Tinggi
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menjelaskan bahwa curah hujan yang tinggi di sekitar Tangkuban Parahu dapat meningkatkan potensi erupsi freatik. Sifat dari gunung ini, dengan gempa frekuensi rendahnya, memungkinkan perambatan panas magma melewati batuan atau material vulkanik penyusun tubuh gunung api.
Proses ini akan memanasi sistem air tanah di dalam tubuh gunung api. Air dapat mengalami pemanasan yang ekstrem (super heating), menghasilkan uap dengan tekanan sangat tinggi. Kondisi inilah yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya erupsi freatik secara tiba-tiba.
Erupsi freatik dapat disertai dengan hujan abu dan lontaran material di sekitar kawah. Masyarakat diimbau untuk mewaspadai potensi bahaya ini, terutama di area sekitar kawah aktif Gunung Tangkuban Parahu.
Imbauan dan Langkah Kewaspadaan
Petugas Pos Pantau Gunung Tangkuban Parahu Adzan Anugrah Indiarsyah mengimbau masyarakat dan wisatawan untuk tidak turun ke dasar Kawah Ratu dan Kawah Upas. Selain itu, masyarakat tidak diperbolehkan menginap atau berlama-lama berada di dalam kawasan kawah-kawah aktif di kompleks Gunung Tangkuban Perahu.
Masyarakat juga diimbau untuk segera menjauhi atau meninggalkan area sekitar kawah jika teramati peningkatan intensitas atau ketebalan asap kawah. Bau gas yang menyengat juga menjadi indikasi potensi bahaya paparan gas beracun maupun erupsi freatik.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, beraktivitas seperti biasa, dan tidak terpancing isu-isu tentang letusan Gunung Tangkuban Parahu. Penting untuk terus memperhatikan perkembangan aktivitas gunung yang dikeluarkan oleh BPBD setempat dan selalu mengikuti arahan dari BPBD setempat.
Sumber : Bisnispasti.id