Belanja Pemerintah Masih Kontraksi, Sri Mulyani: Baseline Tahun Lalu Terlalu Tinggi

Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan konsumsi pemerintah pada kuartal II-2025 masih mengalami kontraksi sebesar 0,33 INITOGEL persen secara tahunan (year-on-year).

Dia menuturkan, penyebab utama kontraksi ini adalah tingginya pengeluaran pada periode yang sama tahun lalu, ketika pengeluaran pemerintah melonjak lebih dari 12 persen karena adanya pemilu.

“Hal ini karena tahun lalu Januari hingga Juni pengeluaran pemerintah pada masa pemilu itu tumbuh hingga di atas 12 persen. Jadi kalau sekarang masih kontraksi itu karena base linenya tahun lalu cukup tinggi,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (5/8/2025).

Sri Mulyani menjelaskan, sebetulnya pemerintah telah memperkirakan konsumsi pada kuartal II akan kembali tumbuh positif, dengan estimasi pertumbuhan sekitar 0,2 persen. Namun, realisasi justru menunjukkan kontraksi yang lebih dalam dari harapan, sehingga seluruh instansi pemerintah diminta untuk mempercepat pelaksanaan belanja di semester kedua.

“Sebetulnya, kami mengharapkan di kuartal kedua sudah mulai positif. Estimasi kami sebetulnya di sekitar 0,2 persen jadi BPS mengeluarkan dengan kontraksi 0,33 persen ini berarti kita harus bekerja lebih keras dari seluruh pemerintah dan lembaga serta pemerintah untuk bisa mengakselerasi belanjanya,” ujarnya.

Meski demikian, ia menyebut kinerja konsumsi pemerintah di kuartal II ini masih lebih baik dibandingkan kuartal I-2025 yang terkontraksi 1,37 persen. Saat itu, kondisi belanja masih dalam tahap penyesuaian (adjustment) dari kabinet baru, sehingga banyak anggaran yang belum terserap optimal.

“Meskipun demikian kalau kita lihat kontraksi 0,33 persen year on year ini lebih baik dibandingkan kondisi belanja pemerintah di kuartal 1. Waktu itu memang masih merupakan adjustment dari kabinet baru dimana belanja pemerintah mengalami kontraksi hingga 1,37 persen,” ujar dia.

Belanja Modal dan Bansos Jadi Penopang

November 2024, APBN KiTa Defisit 1,81 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan bahwa pendapatan Indonesia mengalami tekanan yang luar biasa besar sampai Juli-Agustus.

Sri Mulyani merinci beberapa pos belanja pemerintah yang berperan besar dalam mendukung konsumsi nasional. Di antaranya adalah belanja pegawai yang tetap tumbuh positif, dan belanja barang yang meski tumbuh hanya 1 persen, masih mencatatkan kontribusi.

Namun, belanja barang secara total justru mengalami kontraksi cukup dalam, yakni sebesar 9,7 persen. Sebaliknya, belanja modal mengalami pertumbuhan signifikan hingga 30 persen.

“Namun belanja modal ini tumbuhnya hingga 30 persen dan penebalan bantuan sosial memang tumbuh cukup tinggi yaitu 20,4 persen. Jadi dua hal ini yang masuk di dalam perhitungan dari perhitungan kedua untuk mendukung daya beli dan mendukung masyarakat maupun dari sisi nanti belanja modal terutama investasi,” ujarnya.

Investasi Melonjak

Paripurna Pengesahan RUU APBN 2023

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) menyampaikan laporan pemerintah terkait RUU APBN 2023 saat Rapat Paripurna DPR RI di kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (29/9/2022). Agenda rapat paripurna kali ini adalah pembicaraan tingkat II/pengambilan keputusan atas RUU tentang APBN tahun anggaran 2023.

Di sisi lain, Sri Mulyani mengapresiasi pertumbuhan investasi (PMTB) yang mencapai 6,99 persen pada kuartal II-2025.

Capaian ini merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2021, dan jauh melampaui kuartal I-2025 yang hanya sedikit di atas 2 persen. Ia menyebut peningkatan ini sebagai sinyal akselerasi yang menggembirakan.

“Suatu pemulihan yang cukup tentu saja kita syukuri karena di kuartal I kami sudah merasa cukup khawatir bahwa pertumbuhan investasi itu hanya di atas sedikit di atas 2 persen. Jadi, dalam hal ini kenaikan 6,99 persen cukup merupakan suatu akselerasi dari investasi,” pungkasnya.

Sumber : Bisnispasti.id